Jumat, 31 Mei 2013

[Review] Drunken Monster (Kisah-Kisah Tidak Teladan)

Judul buku: Drunken Monster
Penulis: Pidi Baiq
Penerbit: DAR! Mizan
Cetakan: I, Januari 2008
              II, April 2008
Tebal: 204 halaman
ISBN: 978-979-752-832-4

Saya agak termenung lihat cover depannya yang warna warni dan judul bukunya "Drunken Monster". Agak penasaran juga, sebenarnya buku ini bercerita tentang apa ya? Memang saya agak telat abis baca buku ini. Setelah baca karya Pidi Baiq yang lain yang berjudul "at-Twitter: Google Menjawab Semuanya Pidi Baiq Menjawab Semaunya". Sebenarnya sudah mengenal nama penulis dari teman-teman saya satu jurusan yang berinteraksi dengan beliau di facebook. Saya belum pernah mengenal penulis secara langsung dari dulu. Saya hanya lihat teman-teman saja yang terlihat akrab dengan penulis di facebook.

Akhirnya, saya bisa membaca beberapa buku Pidi Baiq. Dari tulisannya yang nyeleneh dan agak absurd ini tapi di dalamnya tersimpan makna kehidupan yang berharga. Menghargai sesama, berbagi pada sesama yang membutuhkan dengan seninya tersendiri tanpa adanya kesenjangan atau jarak di antaranya. Cenderung gokil berbagi dengan sesama. 

Buku ini terdiri dari beberapa kumpulan cerpen (bahkan penulisnya masih bingung cerpen atau catatan harian). Ada 18 kisah di dalamnya yang menceritakan pengalaman penulis sehari-hari; Air Lembang Panas; Drunken Monster; Jalan Ke Mana-Mana; Jalan-Jalan Minggu; Mengejar Kereta; Institut Tahi Burung; Mangga Monyet; Hari Senin; Pulang Dari Jakarta; Oh, Kerja; Martinus, O; Manggo Mimo; Noor Rosak; Ronda; Ayah Sakit; Dayat; Angkot Kiri; Ojek Nyegik. Bacanya dijamin nggak akan sakit mata atau sakit perut, hehehe.. 

Motor, saya bikin berhenti di pangkalan becak. Saya ambil HP. Itu karena saya mau menelepon Timur di rumah. Rupanya dia belum tidur. Juga bebe. Oh, ini malam Minggu. Saya suruh mereka menunggu di depan rumah, menyambut ayah karena ayah sebentar insya Allah akan sampai.

"Mang Ikun!" Itu saya bereteriak kepada salah satu tukang becak.

"Ya!"

"Sini bentar."

"Ada apa, Bang Pidi?"

"Bisa bawa motor, euy?"

"Bisa. Kenapa, Bang?"

"Mang Ikun bawa motor ini ke rumah saya, ya!"

"Bang Pidi? Ke mana?"

"Saya juga pulang, tapi pake becak Mang Ikun. Saya yang bawa becak."

"Hah...hehehe...kumaha?" Kumaha itu, artinya bagaimana.

"Serius, Mang Ikun. Nanti saya bayar. Ya, Mang ya? Ini jaket dan helmnya sekalian pake." Saya turun dari motor. Mang Ikun ambil jaket, pake jaket, pake helm, dan ambil alih motor saya. Saya bergegas pergi untuk mengambil becak Mang Ikun.

"Kamana Ikuuun!" teriak kawan-kawannya sesama tukang becak.

"Wah hebat si Ikun!" itu teriakan tukang becak lainnya.

"Si Bang Pidi lagi bingung, nih!" Mang Ikun teriak kepada teman-temannya sambil ketawa.

"Mang, yang mana becak Mang Ikun?" tanya saya kepada kerumunan tukang becak.

"Iya itu, Bang."

"Ini?"

"Iya, Bang."

"Itu, Si Mang Ikun katanya pengen bawa motor saya ke rumah. Saya disuruhnya pake becak. Dasar!" kata saya kepada kerumunan tukang becak yang sedang main remi. (hal. 121).

Becak melaju, diringi gemerincing bunyi rantai saling beradu. Suara klakson yang sengaja saya bunyikan. Oh. Becak, kau berat juga kiranya. Pun, saya mendadak belok sendiri. Apalagi itu, kondisi jalan yang buruk. Penuh lubang dan banyak serakan batu kerikil. Jadi tahu sudah, ternyata tidak gampang bawa becak. Sumpah. Susah kalau harus dijelasin. Harus kamu rasain sendiri. (hal. 122).

Itu salah satu dari cerita di buku "Drunken Monster" ini. Ada banyak hal nyeleneh lainnya di dalam buku ini. Misalnya cerita Manggo Nimo, bercerita mengajak makan Mang Ikun, Mang Oding dan Mang Gofar (para tukang becak) di cafe. Pulangnya diantar ke rumah masing-masing sambil membawa barang pilihan saat mampir di pusat perbelanjaan.  

Dalam cerita Ojek Nyegik, menipu tukang ojek dengan minta diantar ke Abah Salahin, orang yang suka bantu mau nyegik. Keliling-keliling naik ojek menanyakan Abah Salahin ke tiap orang yang dilewati. Pura-pura menelepon bilang bahwa Abah Salahin ternyata baru saja meninggal. Memberi uang ke tukang ojek dan kembali ke dalam mobil yang diparkir tidak terlihat dari pangkalan ojek. Nggak kebayang itu tukang ojeknya bingung diajak muter-muter cari yang namanya Abah Salahin, hehehe...

Masih banyak lagi cerita gokil lainnya yang hampir membuat perut mules karena terlalu banyak ketawa. Misalnya saja, membaca percakapan antara penulis dengan Dayat. Itu percakapan sehari-hari yang sepintas nggak penting tapi ternyata lucu juga bacanya.

Saya sepakat dengan pak Bambang Sugiharto, Guru Besar Filsafat di Unpar dan ITB, mengatakan bahwa ketika Thomas Hobbes bilang bahwa pada dasarnya manusia itu serigala bagi manusia yang lainnya, ketika filsuf Sartre menganggap manusia adalah neraka bagi sesamanya dan Freud melihat dalam diri manusia terdapat thanatos alias kecenderungan destruktif, buku ini seperti menujukkan kebalikannya - manusia itu baik saja adanya. Namun barangkali, itu cuma berlaku untuk manusia Sunda atau Indonesia? Mungkin juga tidak, sih. 

Saya tidak akan banyak komentar soal struktur kalimat dalam buku ini. Memang seperti itu adanya. Kalau tidak begitu ya bukan Pidi Baiq, seorang seniman yang nyentrik. Kalimat seperti itu tidak mengurangi pesan yang hendak disampaikan pada pembaca dan maknanya tetap tersampaikan. Ini buku mengenai kemanusiaan yang unik, belajar berbagi dengan sesama tanpa ada jarak antara pemberi dan penerima, dibuat sangat santai dan akrab.

Terakhir saya beri 4 dari 5 bintang. Meski terlambat baca buku ini, saya merasa beruntung bisa mengambil pesan dan makna di dalamnya. Indahnya saling berbagi.

Kamis, 23 Mei 2013

[Review] A Very Yuppy Wedding

Judul buku: A Very Yuppy Wedding
Penulis: Ika Natassa
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Pertama, Oktober 2007
Tebal: 288 Halaman
ISBN: 978-979-22-3181-6




The life of a business is 24/7, dan bagi Andrea, bankir muda yang tengah meniti karier di salah satu bank terbesar di Indonesia, rasanya ada 8 hari dalam seminggu. Power lunch, designer suit, golf di Bintan, dinner dengan nasabah, kunjungan ke proyek debitur, sampai tumpukan analisis feasibility calon nasabah, she eats them all. Namun di usianya yang menginjak 29 tahun, Andrea mungkin harus mengubah prioritasnya, karena sekarang ada Adjie, the most eligible bachelor in banking yang akan segera menikahinya. So she should be smiling, right?

Not really. Tidak di saat ia harus memilih antara jabatan baru dan pernikahan, menghadapi wedding planner yang demanding, calon mertua yang perfeksionis, target bank yang mencekik, dan ancaman denda 500 juta jika ia melanggar kontrak kerjanya. Dan tidak ada Manolo Blahnik atau Zara atau Braun Buffel yang bisa memaksanya tersenyum di saat ia mulai mempertanyakan apakah semua pengorbanan karier yang telah ia berikan untuk Adjie tidak sia-sia,       ketika ia menghadapi kenyataan bahwa tunangan sempurnanya mungkin berselingkuh dengan rekan kerjanya sendiri.

 A Very Yuppy Wedding menceritakan tentang Andrea seorang banker menjelang pernikahannya. Di usianya yang menginjak 29 tahun, Andrea harus mengubah prioritasnya karena ada Adjie yang akan segera menikahinya. Konflik percintaan sepasang kekasih yang sama-sama seorang banker, yang terikat kontrak kerja dan ketentuan bahwa tidak boleh menjalin hubungan sesama karyawan di bank. Apabila mereka berdua melanggar ketentuan tersebut harus membayar denda 500 juta karena melanggar kontrak kerjanya. Andrea dan Adjie sepakat menyembunyikan hubungan mereka berdua di kantor, terutama atasan mereka Bu Karen. Banyak kejadian lucu menghindari bu Karen, "Mau belanja juga, Bu?" Aku tersenyum gugup menghampiri bu Karen, berusaha mengalahkan rasa mampus-setan-sialan-kenapa-si-bos-ini-harus-ada-di-sini-di-saat-Adjie-melamar-ku-sumpah-nggak-lucu-banget!

"Iya nih, lagi nyari kado buat ulang tahun Bapak," Bu Karen membalas senyumku. "Berdua aja?"


"Oh, sama Adjie maksudnya? Nggak, Bu, tadi kami datang sendiri-sendiri..."

"Kebetulan aja ketemu di sini, Bu," Adjie ikut menimpali, mencoba tersenyum sewajar mungkin. Tapi air mukanya langsung berubah ketika ia melihat siapa yang menghampiri kami.

Aku mengikuti arah pandang Adjie, dan perutku langsung mulas saat melihat sosok laki-laki itu. Nggak lucu, sumpah nggak lucu banget! (hal. 21).

Di kantor hanya Firman dan Tania, sahabat mereka berdua yang mengetahui Andrea dan Adjie sepasang kekasih. Ketika ada Ajeng yang baru bergabung di kantor dan juga menjadi konflik di antara mereka berdua. "Oh, gitu. Eh, kalau Mas Adjie anak UI juga? Soalnya gue liat elo berdua akrab banget."

"Lho, elo belum tau?" kata Tania. "Adjie dan Andrea kan... aduh!"

Aku barusan menendang tulang kering Tania yang hampir saja mengumumkan hubunganku dengan Adjie kepada anak baru yang belum bisa kupercaya. Nggak lucu kan, kalau tiba-tiba besok si Ajeng cerita sama bu Karen atau pak Utomo?

"Adjie dan aku nggak satu kampus, Jeng. Dia di Trisakti. Tapi gue sama dia tuh dulu barengan masuk Perdana-nya, tiga tahun yang lalu. Jadi kami udah temenan banget gitu deh," aku menjelaskan, sambil melotot sepersekian detik pada Tania. Untung saja Ajeng sedang sibuk memotong-motong unagi-nya sehingga tidak menyaksikan pelototan mautku barusan.

"Wah, kalau gue jadi elo ya, Dre, udah gue pacarin tuh Mas Adjie. Gila, cakep banget gitu." (hal. 65).

Konflik Andrea dan Adjie, dilema antara harus menyembunyikan status hubungan mereka berdua pada Ajeng dan menahan rasa cemburu berlebihan pada Ajeng. Terlebih Ajeng itu gadis Jawa yang cantik, tipikal calon istri ideal untuk Adjie karena menurut penelusuran Andrea bahwa mantan pacar Adjie di masa lalu semuanya gadis Jawa yang cantik dan sempurna. Sedangkan Andrea, gadis Indo campuran, Belanda-Batak.

Masih banyak hal yang harus dihadapi Andrea, bertemu dengan calon mertua yang perfeksionis dan betapa repotnya mempersiapkan pernikahan dengan adat Jawa yang lengkap. Menghadapi Dina, yang selalu menelpon dan sms dengan bawelnya mengingatkan semua perlengkapan pernikahan. Ketika dihadapkan pada sebuah pilihan memilih pernikahannya dengan Adjie atau mempertahankan kariernya. Menjelang pernikahannya Andrea dan Adjie masing-masing dipertemukan dengan mantan pacar di masa lalu.

Alur ceritanya menarik untuk terus membaca sampai akhir dengan gaya bahasa yang ringan dan mengalir. Membacanya terasa akrab seperti mendengarkan curhatan seorang sahabat. Kekurangannya itu, tokoh dari novel ini terlalu dibuat sempurna, Andrea, gadis pintar, cantik, mempunyai karier cemerlang dan mempunyai kekasih, yang bernama Adjie, yang ganteng, pintar, rajin shalat, karier yang sukses dan berasal dari keluarga menengah ke atas. Rasanya terlalu sempurna ya. Ada beberapa typo di beberapa halaman yang saya temukan. Selebihnya novel ini enak dibaca dengan akhir cerita yang mengharukan.

Saya suka membaca puisi Pablo Neruda yang Andrea dan Adjie pilih di halaman pertama undangan pernikahan. "Ah, love is a voyage with water and a star, In drowning air and squalls of precipitate bran: Love is a war of lights and the lightening flashes Two bodies blasted in a single burst of honey." - Pablo Neruda.

Terakhir saya kasih 4 dari 5 bintang untuk novel A Very Yuppy Wedding karya Ika Natassa ini. Membaca novel ini menghibur dan tidak terlalu banyak mengerutkan dahi karena alur ceritanya yang ringan dan menarik.

Tentang Penulis

Ika Natassa, seorang business banker, lahir di Medan tahun 1977 dan memulai kariernya dengan menjalani apprenticeship di department of Primary Industry di Darwin dan ACTEW Corporations Limited di Canberra, sebelum akhirnya berprofesi sebagai commercial bangking relationship manager di salah satu bank terbesar di Indonesia hingga saat ini. Sejak dulu selalu ingin mencoba hal baru, mulai dari melukis untuk sebuah restoran bisbol saat ia masih bersekolah di Stanton High school di Amerika serikat, bushwalking mengelilingi Ayers Rock, mengambil sampel darah sapi hidup di Darwin, sampai mengajar anak-anak di pedalaman Kalimantan. Setelah beberapa kali menulis tentang leadership dan banking services untuk banknya, finalis Cosmopolitan Fun Fearless Female 2004 ini juga pernah menulis artikel tentang finance dan golf di majalah Lifestyle Soap, meraih Top 6 Most Popular Blog in Indonesia versi Blog Awards 2006, dan kini menerbitkan novel pertamanya.


Selasa, 21 Mei 2013

Receh for Books 2013

Tuh kan baru keingetan posting Receh for Books 2013. Untungnya ada teman yang mengingatkan (mention di twitter) soal challenge book ini. Udah ada niat posting di blog dari bulan Maret tapi kelupaan mulu. Padahal udah sekilas baca dua bulan yang lalu malah ditunda-tunda deh akhirnya. Telaaat, telaaatt... memang tapi mumpung masih bulan Mei jadi masih ada kesempatan buat ikutan sampai akhir bulan Desember 2013.

Receh for Books Challenge  2013 ini diprakarsai oleh Maya Floria Yasmin. Untuk ikutan, langsung aja masukin link kamu ke linky widget di blog dia setelah kamu publish post challenge ini di blog kamu. Peraturan challenge ini adalah sebagai berikut (copas dari blog Maya Floria Yasmin):


  1. Kumpulkan uang receh dari Januari-Desember.
  2. Jangan dihitung sampai akhir tahun 2013.
  3. Setelah semua uang terkumpul, belikan buku yang kamu inginkan/bukunya dihadiahkan ke orang lain. You can have just any book(s) you want, but everybody loves a giver.
  4. Kalau mau ikut, bikin posting mengenai challenge ini di blog masing-masing (tidak harus blog buku) kemudian masukkan link dari postingan kamu di Mr. Linky di blog Maya Floria.
  5. Pasang banner Receh for Books 2013

    Nah, jadi semangat ngumpulin receh :D Moga aja terkumpul receh yang lumayan bisa buat beli buku pastinya. Tunggu ya postingan selanjutnya masih berhubungan Receh for Books 2013 ini sekitar bulan Desember 2013 atau bulan Januari 2014. Bagi yang mau ikutan, yuuuk mumpung masih ada waktu beberapa bulan ke depan buat mengumpulkan receh :D

Rabu, 15 Mei 2013

[Review] Pintu Harmonika



Judul buku: Pintu Harmonika                           
Penulis: Clara Ng & Icha Rahmanti                                           
Penerbit: PlotPoint Publishing
Cetakan: Januari 2013
Tebal: ix + 307 halaman
ISBN: 978-602-9481-10-5 
Harga: Rp 54.000                       






Menemukan Surga Di Belakang Ruko
Dijual cepat: S U R G A!
Punyakah kamu surga di Bumi, tempatmu merasa bebas, terlindungi dan begitu bahagia hanya dengan berada di situ? 

Petualangan tiga remaja yang bernama Rizal, Juni dan David  menemukan surga lewat ketidaksengajaan: Buka pintu harmonika, berjalan mengikuti sinar matahari dan temukan surga. Melalui catatan Rizal, Juni dan David melewati hari-hari mereka bermain bersama, Surga membuat mereka menemukan bukan hanya sahabat, tetapi juga saudara dan keluarga.

Meski mereka berbeda usia, hanya karena Surga di belakang ruko tempat tinggal mereka akhirnya mempertemukan ketiganya. “Surga gue dikelilingi ilalang. Temboknya bau pesing dan apek. Tapi, waktu pertama kali gue menjejakkan kaki di sini, tiba-tiba gue merasa aman. Padahal situasi tempat ini cocok banget buat setting film sadis yang melibatkan psikopat. Tanah kosong, reruntuhan tembok, rumput tinggi, graffiti nama geng nggak jelas.” (hal. 9).
            
“Disitu, dalam hening, dalam bengong, tiba-tiba gue merasa pipi gue basah. Hati gue rasanya seperti di remas. Lama-lama bahu gue bergoyang-goyang seperti digoncang gempa delapan skala Richter. Gue kepingin berhenti tapi nggak bisa. Gue ingat ibu. Rasanya sakit banget. Gue nggak bisa. Gue nggak terima.” (hal. 9). Disitulah pertama kali Rizal bertemu David yang sedang mencari Juni di tanah kosong belakang ruko tempat tinggal mereka. Mulailah persahabatan di antara mereka terjalin. Mereka sering mengunjungi Surga untuk bermain bersama. Rizal asik berselancar di dunia maya, Juni yang serius dengan buku bacaannya dan David yang senang baca koleksi komik Detektif Conan milik Juni.

Ketika suatu hari Surga mereka terancam dan akan berakhir, semangat mempertahankannya membawa mereka pada sebuah petualangan lewat tengah malam. Mencoba mempertahankan Surga mereka sebagai ruang suaka bagi mereka di bumi.
             
“Gue nggak tahu banyak soal tanah – surga kami – selain katanya tanah itu adalah tanah sengketa kepunyaan sebuah perusahaan. Waktu krismon mereka terpaksa membatalkan rencana membangun ruko untuk kantor mereka cabang  di daerah sini. Ada gossip nggak jelas, sesuatu tentang rebut-ribut antara pemegang sahamnya, atau apalah. Gue nggak peduli dan nggak kepingin tahu juga, sih. Yang gue tahu, sengketa tanah itu seolah dirancang Tuhan supaya gue dan “adik-adik” gue punya suaka, surga di bumi. Sampai detik ini kami belum siap kehilangan itu.” (hal. 31).
            
Apakah Rizal, Juni dan David akan rela melepaskan Surga, sebuah ruang suaka bagi mereka di bumi? Melepasnya dengan merelakannya dijual dan jatuh ke tangan orang lain kemudian dibangun menjadi sebuah bangunan. Memang sangat berat melepas Surga bagi Rizal, Juni dan David. Ketiganya sudah merasa sangat dekat dengan Surga.
            
“Aku nggak pernah menulis diary, apalagi ngeblog, tapi seharian ini dikerem di rumah, suntukku tumbuh sampai ke ubun-ubun. Bikin aku kepingin marah-marah terus. Waktu sempat papasan dengan Suhu kemarin di Surga, aku di tegur habis. Katanya, “Jun Fan Gang Fu, jelek kali muka kau itu. Cemberut terus. Kenapa?” (hal. 137). Itulah catatan harian seorang tahanan rumah yang bernama Juni. Ketika diskors, Juni tidak boleh kemana-mana.. Tapi Surga, menjadi pengecualian di kepala Juni karena bukan termasuk melanggar peraturan yang dibuat oleh ibunya. Tidak boleh ke mall, ke rumah bacaan, ke toko buku atau ke rumah sahabat-sahabat Juni. Secara teknis, kabur ke Surga bukan melanggar aturan bagi Juni.
             
Hubungan kurang baik antara Juni dan ayahnya karena kasus di sekolahnya dengan Manda. Melihat ayahnya terlihat sibuk menelepon, kedengarannya seperti berusaha mendapatkan order untuk toko sablon mereka. Semakin menambah rasa bersalah Juni karena telah membuat ayahnya kehilangan salah satu klien penting, yaitu orang tua Manda. Semakin lama usaha ayah Juni semakin surut dan terpaksa harus menjual ruko miliknya. Setumpuk masalah keluarga yang dialami Juni membuatnya selalu berkunjung ke Surga untuk menangis sesegukan di sana.
            
Terlalu banyak kenangan di antara mereka bertiga. Juni teringat celetukan polos David saat mereka sedang mengobrol santai di Surga tentang cita-cita.
            
“Aku mau jadi dokter, Kak,” kata David yakin.
            
“Loh, nggak mau jadi detektif? Labil kali kau!” goda Master, yang ternyata menyimak obrolan kami, sekalipun tatapannya terpaku ke hadapan laptopnya.
            
Ada kalimat David yang terlampau dewasa melebihi usianya yang masih kecil. “Aku harus jadi orang kaya supaya Mama nggak usah kerja lagi. Soalnya hidup Mama kayaknya berat banget harus menghidupiku sendirian,” (hal. 174).

Meski terbilang paling muda antara Rizal dan Juni, David pun mempunyai banyak kenangan dengan Surga yang dia tulis dalam Catatan David Christian Hadijaja. “Sejak saya bisa mengingat, tanah di belakang ruko Mama memang nggak pernah dibangun. Menurut kesaksian pak Solihin (Satpam resmi kompleks ruko kami), awalnya di atas tanah itu akan segera dibangun sebuah ruko dengan desain khusus supaya menjadi sebuah kantor cabang. Baru setengah jalan, terjadi kredit macet. Akhirnya, proses pembangunan kantor cabang itu terhambat.” (hal. 199). Banyak yang dilakukan untuk mencari informasi mengenai Surga (tanah kosong di belakang ruko milik Mama David), mulai dari internet pertanyaan lebih mendalam pada pak Solihin. David berusaha mencari informasi tentang Surga layaknya seperti seorang Detektif kecil yang sedang berusaha memecahkan sebuah kasus penting.

David memang sangat terpengaruh tokoh Detektif Conan yang sering dibacanya dari koleksi buku milik Juni. Ada sosok yang mirip Detektif Conan yang mirip dengan David, kecil, kurus, kepala besar, berkacamata. David semasa kecilnya dulu selalu ketagihan minta dibacakan buku oleh Juni. Sampai akhirnya David bisa membaca sendiri dengan sangat lancar. Juni dan David mulai menekuni kasus-kasus di buku Klub Detektif dan Serial Detektif Cilik bersamaan. Tentu tempat yang paling nyaman untuk membaca koleksi buku milik Juni adalah Surga. David dan Juni selalu betah membaca buku di Surga.“Keadaan semakin aneh dan tidak masuk akal. Tahukah kamu apa yang saya temukan di atap tadi siang? Benda hitam di tiang jemuran itu adalah – bulu!. Saat melihat sesuatu yang berwarna hitam di dekat tiang jemuran, saya memberanikan diri untuk mendekat. Saat itulah saya menyadari bahwa benda tersebut adalah bulu.” (hal. 213).

Kisah David yang sama sekali tidak mengenal sosok ayahnya. David sudah ditinggal ayahnya sejak bayi. Ayahnya minggat dari meninggalkan Mamanya dan David yang masih bayi. Ayah David seorang penjudi dan suka main perempuan.
            
Ada sebuah kalimat yang dibuat David dalam poster buatannya, “Music is Life, that’s why our hearts have beats.” David memang menyukai musik dan senang bermain piano. Perjalanan David dan Mamanya ke Singapura untuk menonton pertunjukkan musik itulah yang selalu sering menjadi pemicu semangat David kalau sedang malas latihan piano. Ditaruhnya souvenir Merlion supaya menjadi pengingat agar David tetap bersemangat saat latihan piano terasa sangat membosankan.
             
Penjualan kue malaikat Mama David yang terkenal itu menurun drastis. David menemukan kue malaikan Mamanya itu tidak mempunyai mulut. Biasanya, kue malaikat itu selalu tersenyum, seolah berkata bahwa walau apapun yang terjadi, semua akan baik-baik saja. Kue malaikat buatan Mama David memang seperti itu: memberi harapan.
            
Asal-usul kue malaikat itu David dapatkan dari gabungan dua cerita Mamanya dan mendiang Oma Diana. 
           
Apa pula hubungannya dengan pencitraan Rizal, masalah Juni di sekolah dan bulu hitam misterius yang berpendar cantik temuan David serta suara-suara misterius di atap rukonya? Lalu bagaimana nasib Surga (tanah kosong di belakang ruko) itu? Novel ini belajar bagaimana menghargai arti seorang sahabat, teman dan keluarga. 
            
Pintu-pintu ruko itu tertutup, secara jelas berbentuk seperti alat musik harmonika yang siap dimainkan. Tidak heran namanya pintu harmonika.

Novel ini bercerita tentang remaja. Gaya bahasanya yang akrab dengan dunia remaja memang pas untuk genre remaja. Gaya bahasa dari ketiga tokoh ini terlihat kontras yang menandakan adanya perbedaan karakter di antara ketiga tokoh tersebut.

Novel “Pintu Harmonika” ini setelah terbit bukunya juga direncanakan akan segera difilmkan. Selamat membaca dan menanti filmnya yang akan segera tayang. Terakhir saya kasih 4,5 dari 5 bintang (4,5 / 5).