Selamat pagi, semesta. Pagi ini saya mau curhat sesuatu yang udah saya pendam beberapa bulan yang lalu. Terkadang terlalu banyak diam dan mengalah itu bukan berarti lemah. Bukan masalah percintaan ya, soal cinta no more galau (baca: nggak ada gunanya). Ini mengenai perjalanan saya dalam nge-blog di dunia maya. Di postingan sebelumnya pernah saya ceritakan bahwa saya mulai nge-blog di beberapa tahun lalu di blogspot.com yang isinya kebanyakan puisi-puisi galau karena waktu itu saya masih baru mengenal dunia kampus dan baru melek politik, tumplek deh macam-macam yang saya tulis di blog itu. Nah, akhir tahun 2012 kemarin saya baru terjun di kompasiana dan buat akun blog bersama di kompasaiana. Kesan saya nge-blog di sana itu seru, rame dan banyak kenal banyak orang, bahkan yang tinggal di luar negeri. Sering up date soal apa pun yang terjadi di tempat masing-masing kompasianer yang tinggal di luar negeri. Mulai dari tempat wisatanya, budaya, kuliner dan sebagainya. Rasanya seperti habis diajak jalan-jalan ke sana.
Memang saya akui karakter tulisan saya selalu cenderung masih ada unsur-unsur galaunya. Masih suka menulis beberapa puisi galau, misalnya puisi berjudul "Beban Di Pundakmu, Ibu" dan "Ini Jalanku" yang saya posting di kompasiana. Saya hanya menulis apa yang saya rasa, saya dengar, saya lihat dan saya alami, itu saja. Mungkin bagi sebagian orang itu hanya kegalauan yang tidak penting.
Di kompasiana saya mulai mengenal mbak Anazkia yang aktif menyebarkan buku-buku ke pelosok daerah (baca: Hibah Buku). Saya teramat kagum dengan kegiatan mbak Anazkia dan akhirnya saya add di kompasiana, berteman di dunia maya juga sering berkomentar di beberapa tulisannya di kompasiana. Semua itu karena saya masih teringat dengan mimpi saya membuka Taman Bacaan yang masih belum terwujud. Sampai saya sempat mengajaknya duet untuk mengikuti lomba menulis novel dari salah satu penerbit mayor. Ternyata, saya kurang menyimak syaratnya bisa duet atau tidak, akhirnya batal deh kerja samanya dan ditambah mbak Anazkia menolaknya secara halus.
Lama kelamaan kok saya merasa kurang diperhatikan oleh admin kompasiana. Tulisan-tulisan saya seringnya tidak pernah masuk dalam twitter kompasiana. Saya memerhatikannya karena saya juga aktif buka twitter. Saya hanya diam memendam pertanyaan-pertanyaan selama beberapa bulan itu, "Kenapa oh kenapa?" Saya memang tidak akrab dengan admin kompasiana dan tidak seperti yang lainnya sering kopdar kalau ada acara-acara kompasianer. Saya seperti tidak layak lagi menulis di sana.
Akhirnya, saya sering berkeliaran di twitter dan banyak berkenalan dengan para kuis hunter. Awalnya, saya tidak sengaja ikutan kuis buku dari penerbit KPG dan berhasil mendapatkan hadiah buku "Pulang" karya Leila S. Chudori. Itu sangat menyemangati saya untuk terus ikutan kuis buku. Masih berkaitan dengan mimpi saya soal buku dan saya memang suka baca novel. Di twitter pun saya follow mbak Anazkia dan di folbek. Semakin hari saya semakin semangat mengikuti beberapa kuis di twitter, nggak pagi, siang atau sore saya semangat ikutan kuis. Mungkin kerap jadi cibiran "nggak ada kerjaan yang lain apa?". Saya sama sekali tidak peduli dengan cibiran itu.
Saya pernah sedikit mengkritik mas Damar (Tanam Ide Kreasi) soal goodreads yang sempat hangat diperbincangkan. Saya hanya sedikit berbeda pendapat dengan mas Damar soal goodreads. Menurut saya jangan terlalu berlebihan menanggapi suatu hal bahkan cenderung berprasangka negatif. Mas Damar mungkin seorang idealis dan menutup akun pribadinya di goodraeds. Saya masih nyaman berada di goodreads bahkan sampai saat ini saya masih aktif up date baca buku di sana. Berpikiran positif aja, saya hanya membaca buku dan menulis review buku di sana, jangan terlalu dibebani prasangka berlebihan deh.
Saya tahu mbak Anazkia mencium perbedaan pendapat itu. Dan kerap seperti memihak pada mas Damar. Ya jelaslah, siapa sih saya ini? saya bukan siapa-siapa yang kurang pengetahuannya dibandingkan mas Damar. Satu alasan saja, saya hanya ingin kedamaian di dunia ini. Udah capek dengan perang pemikiran seperti itu. Kadang saya berpikir kenapa manusia di dunia itu saling menghujat, saling menjatuhkan lalu dimana kedamaian itu? Perang di mana-mana, korbannya anak kecil dan perempuan tua (ibu-ibu). Setidaknya, menahan diri dalam debat atau permusuhan gitu ya.
Mulailah merembet ke sana kemari. Saya merasa mbak Anazkia selalu kepo-in saya (baca: selalu mengurusi hal tentang saya). Saya kan pernah melamar pekerjaan di kompasiana waktu ada lowongan pekerjaan di sana. Mungkin karena saya tidak layak dan tidak memenuhi syarat kerja di sana saya tidak ada kabar panggilan atau apa. Tidak jadi masalah bahkan cenderung jadi pengalaman.
Mbak Anazkia juga kebetulan dari Banten. Lagi-lagi berkaitan dengan mimpi saya yang belum tercapai soal Taman Bacaan. Dekat dengan orang-orang yang pernah saya kenal di kampus. Seperti seorang detektif yang pengen tahu ini dan itu soal saya. Maaf mbak Anazkia, saya tahu semua itu. Dan maaf, saya kurang menyukai hal itu. Kalau kita diomongin orang di belakang itu pastinya terasa sendiri seperti ada kontak batin, saya merasakan hal itu. Sungguh saya kecewa sama mbak Anazkia padahal saya teramat kagum sama mbak.
Sampai akhirnya saya jadi anggota WB. Mbak Anazkia seakan tidak pernah berhenti menguntit saya. Saya hanya ingin bilang, saya suka puisi dan wajar dong kalau twit-twit saya isinya sebagian kata-kata sendu atau galau. Manusia itu bermacam-macam mbak, tidak semuanya berkarakter ceria dan penuh semangat. Saya termasuk orang yang sedikit bicara, kurang suka hingar bingar dan suka menulis hal-hal galau, ada yang salah dengan itu? Mbak Anazkia belum ketemu saya langsung, tidak tahu situasi dan kondisi saya yang sebenarnya. Saya bisa sangat baik dan menjadi sahabat yang ramah pada seseorang yang mau menjadi sahabat saya.
Nah, ini bulan Ramadhan saya ingin meminta maaf sama mbak Anazkia. Saya akui memblokir akun twitter mbak Anazkia karena saya tidak mau dibuntuti terus oleh mbak. Satu-satunya cara dengan blokir, kalau unfollow kan mbak Anazkia masih jadi followers saya. Bukan karena saya membenci mbak Anazkia tapi saya merasa sedih selalu diurusi soal ini dan itu tentang saya. Perasaan saya tidak pernah mengurusi soal kehidupan mbak Anazkia, bahkan baru tahu mbak itu TKW dan dari Banten juga baru-baru ini. Sebelumnya, di kompasiana saya mengenal mbak Anazkia sebagai seorang penggiat Hibah Buku dan saya pengagum mbak. Saya belum tentu bisa seperti mbak Anazkia yang aktif.
Kemarin sore baru saya beranikan diri tanya langsung ke admin WB. Niat saya hanya klarifikasi soal kenapa saya memblokir mbak Anazkia. Terakhir saya tahu mbak Anazkia dekat dengan admin WB dan cenderung menyindir-nyindir saya di twitter. Saya juga manusia yang punya hati dan sabar pun ada batasnya. Saya sudah buka blokiran bukan berarti mau saling follow lagi. Maaf sebelumnya.
Saya hanya menyayangkan kok teknologi dipakai buat kepo-in orang lain yang lama-lama bisa menjadi ghibah. Bukankah menggunjing itu termasuk ghibah? Dan itu hukumnya dosa. Mbak Anazkia pasti udah lebih tahu soal itu. Sekali lagi saya minta maaf sama mbak Anazkia kalau saya selama ini punya kesalahan yang tidak saya sadari sama mbak. Salam hangat buat mbak dan saya tidak mau memperpanjang soal ini. Menulis blog ini agar sama-sama tahu bahwa rasanya tidak enak kalau jadi bahan omongan di belakang, itu saja. Bahan renungan juga buat saya agar lebih baik lagi.