Judul buku: Pintu
Harmonika
Penulis: Clara Ng &
Icha Rahmanti
Penerbit: PlotPoint
Publishing
Cetakan: Januari 2013
Tebal: ix + 307 halaman
ISBN: 978-602-9481-10-5
Harga: Rp 54.000
Harga: Rp 54.000
Menemukan
Surga Di Belakang Ruko
Dijual
cepat: S U R G A!
Punyakah
kamu surga di Bumi, tempatmu merasa bebas, terlindungi dan begitu bahagia hanya
dengan berada di situ?
Petualangan tiga remaja yang bernama
Rizal, Juni dan David menemukan surga
lewat ketidaksengajaan: Buka pintu harmonika, berjalan mengikuti sinar matahari
dan temukan surga. Melalui catatan Rizal, Juni dan David melewati hari-hari
mereka bermain bersama, Surga membuat mereka menemukan bukan hanya sahabat,
tetapi juga saudara dan keluarga.
Meski mereka berbeda usia, hanya
karena Surga di belakang ruko tempat tinggal mereka akhirnya mempertemukan
ketiganya. “Surga gue dikelilingi ilalang. Temboknya bau pesing dan apek. Tapi,
waktu pertama kali gue menjejakkan kaki di sini, tiba-tiba gue merasa aman.
Padahal situasi tempat ini cocok banget buat setting film sadis yang melibatkan psikopat. Tanah kosong,
reruntuhan tembok, rumput tinggi, graffiti nama geng nggak jelas.” (hal. 9).
“Disitu, dalam hening, dalam bengong,
tiba-tiba gue merasa pipi gue basah. Hati gue rasanya seperti di remas.
Lama-lama bahu gue bergoyang-goyang seperti digoncang gempa delapan skala
Richter. Gue kepingin berhenti tapi nggak bisa. Gue ingat ibu. Rasanya sakit
banget. Gue nggak bisa. Gue nggak terima.” (hal. 9). Disitulah pertama kali
Rizal bertemu David yang sedang mencari Juni di tanah kosong belakang ruko
tempat tinggal mereka. Mulailah persahabatan di antara mereka terjalin. Mereka
sering mengunjungi Surga untuk bermain bersama. Rizal asik berselancar di dunia
maya, Juni yang serius dengan buku bacaannya dan David yang senang baca koleksi
komik Detektif Conan milik Juni.
Ketika suatu hari Surga mereka
terancam dan akan berakhir, semangat mempertahankannya membawa mereka pada sebuah
petualangan lewat tengah malam. Mencoba mempertahankan Surga mereka sebagai
ruang suaka bagi mereka di bumi.
“Gue nggak tahu banyak soal tanah – surga
kami – selain katanya tanah itu adalah tanah sengketa kepunyaan sebuah
perusahaan. Waktu krismon mereka terpaksa membatalkan rencana membangun ruko
untuk kantor mereka cabang di daerah
sini. Ada gossip nggak jelas, sesuatu tentang rebut-ribut antara pemegang
sahamnya, atau apalah. Gue nggak peduli dan nggak kepingin tahu juga, sih. Yang
gue tahu, sengketa tanah itu seolah dirancang Tuhan supaya gue dan “adik-adik”
gue punya suaka, surga di bumi. Sampai detik ini kami belum siap kehilangan
itu.” (hal. 31).
Apakah Rizal, Juni dan David akan
rela melepaskan Surga, sebuah ruang suaka bagi mereka di bumi? Melepasnya dengan
merelakannya dijual dan jatuh ke tangan orang lain kemudian dibangun menjadi
sebuah bangunan. Memang sangat berat melepas Surga bagi Rizal, Juni dan David.
Ketiganya sudah merasa sangat dekat dengan Surga.
“Aku nggak pernah menulis diary,
apalagi ngeblog, tapi seharian ini dikerem di rumah, suntukku tumbuh sampai ke
ubun-ubun. Bikin aku kepingin marah-marah terus. Waktu sempat papasan dengan
Suhu kemarin di Surga, aku di tegur habis. Katanya, “Jun Fan Gang Fu, jelek
kali muka kau itu. Cemberut terus. Kenapa?” (hal. 137). Itulah catatan harian
seorang tahanan rumah yang bernama Juni. Ketika diskors, Juni tidak boleh
kemana-mana.. Tapi Surga, menjadi pengecualian di kepala Juni karena bukan
termasuk melanggar peraturan yang dibuat oleh ibunya. Tidak boleh ke mall, ke
rumah bacaan, ke toko buku atau ke rumah sahabat-sahabat Juni. Secara teknis,
kabur ke Surga bukan melanggar aturan bagi Juni.
Hubungan kurang baik antara Juni dan ayahnya karena kasus di sekolahnya dengan Manda. Melihat ayahnya terlihat sibuk menelepon, kedengarannya seperti berusaha mendapatkan order untuk toko sablon mereka. Semakin menambah rasa bersalah Juni karena telah membuat ayahnya kehilangan salah satu klien penting, yaitu orang tua Manda. Semakin lama usaha ayah Juni semakin surut dan terpaksa harus menjual ruko miliknya. Setumpuk masalah keluarga yang dialami Juni membuatnya selalu berkunjung ke Surga untuk menangis sesegukan di sana.
Terlalu banyak kenangan di antara
mereka bertiga. Juni teringat celetukan polos David saat mereka sedang
mengobrol santai di Surga tentang cita-cita.
“Aku mau jadi dokter, Kak,” kata
David yakin.
“Loh, nggak mau jadi detektif? Labil
kali kau!” goda Master, yang ternyata menyimak obrolan kami, sekalipun
tatapannya terpaku ke hadapan laptopnya.
Ada kalimat David yang terlampau
dewasa melebihi usianya yang masih kecil. “Aku harus jadi orang kaya supaya
Mama nggak usah kerja lagi. Soalnya hidup Mama kayaknya berat banget harus
menghidupiku sendirian,” (hal. 174).
Meski terbilang paling muda antara
Rizal dan Juni, David pun mempunyai banyak kenangan dengan Surga yang dia tulis
dalam Catatan David Christian Hadijaja. “Sejak saya bisa mengingat, tanah di
belakang ruko Mama memang nggak pernah dibangun. Menurut kesaksian pak Solihin
(Satpam resmi kompleks ruko kami), awalnya di atas tanah itu akan segera
dibangun sebuah ruko dengan desain khusus supaya menjadi sebuah kantor cabang.
Baru setengah jalan, terjadi kredit macet. Akhirnya, proses pembangunan kantor
cabang itu terhambat.” (hal. 199). Banyak yang dilakukan untuk mencari
informasi mengenai Surga (tanah kosong di belakang ruko milik Mama David),
mulai dari internet pertanyaan lebih mendalam pada pak Solihin. David berusaha
mencari informasi tentang Surga layaknya seperti seorang Detektif kecil yang
sedang berusaha memecahkan sebuah kasus penting.
David memang sangat terpengaruh
tokoh Detektif Conan yang sering dibacanya dari koleksi buku milik Juni. Ada
sosok yang mirip Detektif Conan yang mirip dengan David, kecil, kurus, kepala
besar, berkacamata. David semasa kecilnya dulu selalu ketagihan minta dibacakan
buku oleh Juni. Sampai akhirnya David bisa membaca sendiri dengan sangat
lancar. Juni dan David mulai menekuni kasus-kasus di buku Klub Detektif dan
Serial Detektif Cilik bersamaan. Tentu tempat yang paling nyaman untuk membaca
koleksi buku milik Juni adalah Surga. David dan Juni selalu betah membaca buku
di Surga.“Keadaan semakin aneh dan tidak
masuk akal. Tahukah kamu apa yang saya temukan di atap tadi siang? Benda hitam
di tiang jemuran itu adalah – bulu!. Saat melihat sesuatu yang berwarna hitam
di dekat tiang jemuran, saya memberanikan diri untuk mendekat. Saat itulah saya
menyadari bahwa benda tersebut adalah bulu.” (hal. 213).
Kisah David yang sama sekali tidak mengenal sosok ayahnya. David sudah ditinggal ayahnya sejak bayi. Ayahnya minggat dari meninggalkan Mamanya dan David yang masih bayi. Ayah David seorang penjudi dan suka main perempuan.
Ada sebuah kalimat yang dibuat David
dalam poster buatannya, “Music is Life, that’s why our hearts have beats.”
David memang menyukai musik dan senang bermain piano. Perjalanan David dan
Mamanya ke Singapura untuk menonton pertunjukkan musik itulah yang selalu
sering menjadi pemicu semangat David kalau sedang malas latihan piano.
Ditaruhnya souvenir Merlion supaya menjadi pengingat agar David tetap
bersemangat saat latihan piano terasa sangat membosankan.
Penjualan kue malaikat Mama David
yang terkenal itu menurun drastis. David menemukan kue malaikan Mamanya itu
tidak mempunyai mulut. Biasanya, kue malaikat itu selalu tersenyum, seolah
berkata bahwa walau apapun yang terjadi, semua akan baik-baik saja. Kue
malaikat buatan Mama David memang seperti itu: memberi harapan.
Asal-usul kue malaikat itu David
dapatkan dari gabungan dua cerita Mamanya dan mendiang Oma Diana.
Apa pula hubungannya dengan
pencitraan Rizal, masalah Juni di sekolah dan bulu hitam misterius yang
berpendar cantik temuan David serta suara-suara misterius di atap rukonya? Lalu
bagaimana nasib Surga (tanah kosong di belakang ruko) itu? Novel ini belajar bagaimana menghargai arti seorang sahabat, teman
dan keluarga.
Pintu-pintu ruko itu tertutup, secara
jelas berbentuk seperti alat musik harmonika yang siap dimainkan. Tidak heran
namanya pintu harmonika.
Novel ini bercerita tentang remaja. Gaya
bahasanya yang akrab dengan dunia remaja memang pas untuk genre remaja. Gaya bahasa dari ketiga tokoh ini terlihat kontras yang menandakan adanya
perbedaan karakter di antara ketiga tokoh tersebut.
Novel “Pintu Harmonika” ini setelah
terbit bukunya juga direncanakan akan segera difilmkan. Selamat membaca dan menanti filmnya yang akan segera tayang. Terakhir saya kasih 4,5 dari 5 bintang (4,5 / 5).
reviewnya keren kak :D
BalasHapusbahasanya juga gak susah dimengerti
keep review-ing buku ya kak :D
GBU
Sip deh kalo bahasanya susah dimengerti. Makasih ya udah mampir di blog ini :D
HapusReviewnya bagus kok Kak. Tapi, rasanya kayak menyibak semua isi buku, jadi penasarannya hampir 60% terbuka disini. Tapi, itu tetep keren kok, serasa menyuruh pembaca buat cari tau sisa-sisa kepingan penasarannya. Hehe...
BalasHapusOh iya, aku juga bikin review tentang Pintu Harmonika ini. Boleh dong Kakak visit ke blog resensyifa.blogspot.com, sekalian deh follback aku asysyifaahs-world.blogspot.com. Hihi...Maaf jadi promosi nih xD
Dibuat terbuka biar jelas tiap bagian tokoh karakternya. Sip, nanti aku mampir di blognya ya. Makasih juga udah mampir di blog ini :D
HapusBuku yang menceritakan ttg persahabatan 3 orang, kisah yang memperjuangan bascamenya yang mereka sebut rumah surga.
BalasHapusReviewnya bagus kak. Kayak lagi baca bukunya hehe tapi aku belum temuin konfliknya yang bener-bener greget bgt ya.
Jadi pengen baca bukunya deh hehe
Jarang2 genre buku yg kyk gitu.
Twitter: @Santiyapra
Happy reading. Makasih ya udah mampir di blog ini:D
Hapusseruuuu
BalasHapustiap org punya presepsi sendiri tentang surganya
jd pengen bacaaaa
Ayooo diserbu bukunya. Makasih ya udah mampir di blog ini :D
Hapusjadi kepengen baca buku ini :) apalagi katanya akan difilimkan :) nice post
BalasHapusSilakan :) udah tayang filmnya loh mbak..
HapusMakasih ya udah mampir di blog ini :D
Reviewnya menarik, kak Arlin :)
BalasHapusJadi pengen baca bukunya, pengen juga nemuin "surga" sendiri *masukin ke book wishlist ah* :D
Keep reviewing kak ^^
Bikin nangis di pojokkan pas baca endingnya, hiks...
HapusMakasih udah mampir ya :D
Sempet ragu-ragu untuk beli buku ini, tapi setelah baca review kak Arlin jadi penasaran deh, kayaknya harus masukin ini dalam whislist buku.bulan ini
BalasHapusBagus kok bukunya, bukan promosi ya tapi memang bagus ceritanya. Happy reading. Makasih juga udah mampir :D
Hapus