Senin, 15 Juli 2013

Cerita Ramadhan

Marhaban Yaa Ramadhan :)) Postingan yang sempat tertunda menyambut kedatangan bulan Ramadhan. Mohon maaf lahir batin, menyambut bulan Ramadhan. Sebenernya pengin cerita sesuatu yang sedikitnya ada hubungannya dengan Ramadhan. Alhamdulillah masih diberikan umur hingga masih bisa menikmati kebersamaan di bulan Ramadhan tahun ini. Meski nggak ada yang terlalu istimewa kali ini. Hmm, cerita soal umur dan kematian. Memang agak *jleb kali ya ceritanya ini tapi saya hanya berbagi apa yang saya dengar, saya rasakan dan saya pikirkan. Itu aja sih, moga ada manfaaatnya juga dibagi di sini.

Ceritanya saya lagi rajin dengerin radio nih akhir-akhir ini. Ada beberapa stasiun radio favorit saya di Bandung, kurang lebih ada lebih dari empat stasiun radio favorit di Bandung. Hari Selasa, 9 Juli 2013 saya nggak sengaja kupingin acara Siliwangi di radio Ardan, penyiarnya Dimasta. Berawal dari cerita sms yang dikirim Kiki di Setiabudi, mahasiswa Itenas, lalu di telepon oleh radio Ardan dan on air beberapa menit. Kiki menceritakan kisah hidupnya selama ini dia mengidap penyakit kanker usus semenjak duduk dibangku SMP sampai sekarang. Vonis dokter pada Kiki memang sedikitnya membuat dia agak down menjalani hidup. Ditambah Kiki tinggal bersama ibunya yang single parent karena bercerai dengan ayahnya. Kiki tetep semangat karena selalu diberi semangat oleh sahabat-sahabatnya juga ibunya. Denger cerita Kiki on air di radio bikin air mata ini nggak terasa udah banjir seketika, sedih hiks... :'( Terakhir dia request lagu I Won't Give Up, salut sama semangat hidupnya! Keren.

Ditambah baca novelnya Suyatna Pamungkas yang berjudul "Bidadari Kirmzi". Cerita soal Nayla yang harus berjuang melawan penyakit leukemia (kanker darah). Sekali lagi cerita dalam novel ini sukses membuat saya banjir dengan air mata.

Dan tiba-tiba aja malem harinya tanggal 13 Juli 2013, Annisa (pacarnya saudara sepupu saya M. Bangkit Pratama). Sebenernya nggak terlalu penting menuliskan saudara sepupu saya itu :) *just kidding. Awalnya cerita ngalor ngidul alias ngobrol nggak penting. Lama-lama Annisa cerita waktu bulan Maret katanya dia baru aja dari Tasik, sempet mampir di rumah teh Aida (istri saudara sepupu saya). Dia melayat teman kampusnya yang meninggal dalam kecelakaan lalu lintas. Tragisnya keluarga temannya itu meninggal dunia sekaligus 3 (tiga) orang, yaitu bapak, ibu dan teman kampus Annisa itu. Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Lemes juga saya dengar cerita sedih itu dari Annisa. Ya ampun, ditinggal anggota keluarga sekaligus tiga orang dan menyisakan tiga orang kakak beradik. Nggak bisa dibayangkan gimana perasaan tiga kakak beradik itu ditinggal tiga orang yang paling disayangi. Sepertinya kalau saya mungkin nggak akan sanggup mengalaminya :'(

Nah, kemarin baru selesai baca novel dari Randu Alamsyah yang berjudul "Selalu Ada Kapal untuk Pulang". Baca novel ini ada senyum, tawa, terakhir banjir air mata. Paling menyedihkan itu pas baca bab 23 sampai akhir cerita, itu nggak berhenti bercucuran air mata. Mungkin nanti akan saya bahas lebih banyak soal novel di review buku. Sekarang ini saya lagi pengin cerita soal umur dan kematian. Merinding? Memang, bikin saya  merinding.

Kenapa tiba-tiba cerita yang bikin merinding sih? Saya cuma sedikit menyinggung dengan bulan Ramadhan. Mungkin lewat cerita yang saya dengar dan saya baca, Allah swt secara nggak langsung sedang berbicara melalui hati saya soal kematian. Kalau dalam bahasa saya, mungkin begini "Hei, Arlin. Kamu mesti berbahagia karena masih diberi kesehatan dan masih diberi umur panjang hingga sampai pada Ramadhan kali ini." Kurang lebih mungkin seperti itu. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah swt, saya masih diberi kesehatan dan umur hingga detik ini.

Bukan untuk jadi cengeng tapi justru memotivasi diri agar memanfaatkan bulan Ramadhan kali ini dengan sebaik mungkin. Itu beberapa cerita di bulan Ramadhan yang berhasil menyentuh hati saya dan sukses membuat saya banjir air mata. Nah, adakah cerita menyedihkan atau membahagiakan yang teman-teman alami? Nggak usah sungkan share di sini ya... :)


4 komentar:

  1. Ramadhan selalu membawa hikmah buat masing-masing yang mau mengambil hikmah. Bagi yang tidak, Ramadhan akan berlalu begitu saja, hanay sekedar menjadi variasi jalan hidup yang harus dilalui. Semoga kita menjadi orang yang mampu mengambil hikmah dari setiap Ramadhan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin, semoga termasuk orang yang mampu mengambil hikmah dari bulan Ramadhan. Terima kasih kunjungannya bunda Niken, salam :))

      Hapus
  2. tentang kematian... saya sering bilang Mama, "Ma, saya aja ya yang mati duluan. Saya gak bisa hidup tanpa Mama." kan posisi saya juga masih single, belum menikah. kalau gak ada Mama, siapa yang ngelindungi dan jadi teman diskusi saya?
    "Kamu udah punya 'tabungan'?" tanya Mama. Maksudnya amal. nah dari situ saya langsung diem.

    kematian itu misteri ya, Lin. kita gak tahu kapan waktu kita berakhir.

    kalau Suyatna Pamungkas itu mentor kepenulisan di fb kan? tapi dulu, sekarang orangnya jarang online. katanya sih sakit, mungkin novel itu terinsipasi dirinya sendiri. tapi saya udah gak suka, soalnya dulu dia suka deket2 ke cewek2 termasuk saya sampai calon istrinya sensi sama saya dan akhirnya saya out dari grup, hehe. kadang personal penulis itu emmpengaruhi saya sih. kalau tabiatnya jelek, males
    *kok OOT ya?

    ayoo kita perbanyak ibadah, Lin ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kadang seperti itu juga Tha, nggak tahu mesti gimana hidup tanpa mamah. Iya memang kematian itu misteri Illahi, kita nggak bisa minta kematian itu datangnya cepat atau lambat. Pernah nggak merasa hidup ini terlalu banyak kesedihan? Mungkin itu juga jadi berharap kalo kematian solusinya. Pastinya bukan karena dipaksakan tapi kehendak-Nya dan ada bekalnya juga. Makasih motivasinya Tha ;)

      Kalo saya baru kenal Suyatna Pamungkas dari baca novelnya "Bidadari Kirmizi", sebelumnya nggak tahu dia itu mentor kepenulisan di fb atau bukan, belum pernah gabung di grupnya atau pun add akunnya di fb. Kalo saya suka novel karena isi ceritanya yang sedih dan sukses buat banjir air mata bukan lihat penulisnya siapa atau gimana tabiatnya, nanti nggak objektif dong nilai novelnya bagus atau nggak, hehe.

      Makasih udah mampir juga ya :*

      Hapus