Judul buku: Abdel & Mongol: It's Real, Man!
Penulis: Abdel dan Mongol
Penerbit: edelweiss
Cetakan: I, Oktober 2012
Tebal: ix + 354 halaman
ISBN: 978-602-8672-56-6
Harga: Rp 65.000
dok. koleksi pribadi
Bandung, Januari 2013
Penulis: Abdel dan Mongol
Penerbit: edelweiss
Cetakan: I, Oktober 2012
Tebal: ix + 354 halaman
ISBN: 978-602-8672-56-6
Harga: Rp 65.000
dok. koleksi pribadi
Tak ada yang menyangka dua orang komedian ini, Abdel dan Mongol mampu
menghibur dan membuat pembaca merenung membaca buku yang mereka tulis.
Awalnya tidak menyangka kisah perjalanan hidup mereka berdua itu penuh
lika-liku untuk mencapai kesuksesan mereka hari ini. Dikenal sebagai
seorang komedian. Kisah perjalanan hidup mereka itu lucu sekaligus
sendu, membacanya terkadang tertawa, senyum-senyum juga terdiam merenung
sambil manggut-manggut.
Siapa yang menyangka dulunya bang Abdel itu mempunyai cita-cita menjadi
pilot. Kenyataannya tidak tercapai alasannya simple aja karena enggak
kuat lari. Akhirnya cita-cita jadi pilot nyangkut jadi komedian :D
Menurut pengakuannya bang Abdel belajar humor sejak masuk ke radio Suara
Kejayaan (SK). Ide humor bisa datang dari mana saja. Sebenarnya, untuk
menjadi komedian harus cerdas menjebak karena humor adalah kemampuan
untuk menjebak orang lain. Sama seperti sulap. Pesulap menggiring orang
ke satu tempat yang kita mau, kalau sudah sampai ke tempat yang kita
mau, kita jebak deh.
Humor merupakan kemampuan kita menjebak pikiran orang lain. Tapi kita
jebaknya ke yang lucu. Komedian juga sama dengan politisi loh . Menjebak
juga. Awal kampanye menjanjikan macam-macam, setelah terpilih pura-pura
lupa sama janjinya . Kita dijebak. Persis. Kalau sulap memanipulasi
penglihatan, kalau humor itu memanipulasi jalan pikiran. Nah, kalau
politisi itu, yah memanipulasi uang rakyat :D
Kalau ke Stand Up Comedy lumayan panjang ceritanya. Karena dalam hidup
gue banyak yang kebetulan. Masuk radio juga karena kebetulan kan? Nah,
masuk tivi juga begitu, kebetulan. Stand Up Comedy dulu awalnya dibuat
oleh Kompas, para comic ada di Kompas TV. Nah, Metro TV bikin acara yang
sama tapi belum ada orang. Jadi, Metro TV trial and error dengan
mengambil orang untuk mengisi acara itu. Banyak juga yang dipanggil
setelah itu enggak dipanggil lagi. Stand Up Comedy itu ada teorinya
karena acara ini merupakan komedi yang mencoba meneorikan komedi.
Kebetulan pas dites dipanggil lagi, dipanggil lagi dan dipanggil lagi.
Sampai sekarang ngomic.
Ada yang unik tentang proses kelulusan bang Abdel sebagai seorang
mahasiswa HI tahun ‘89 dan lulus ‘96 dari Universitas Indonesia. Lulus
kuliah selama tujuh tahun itupun lulus karena jadi event organizer (EO).
Singkat cerita, lulus dengan nilai A, bukan karena nilai skripsi tapi
karena acara ultah jurusan HI dan kebetulan jadi event organizernya yang
bisa dibilang sukses.
Kehidupan itu sebuah tragedi. Dan itu bisa menimpa siapa pun tidak
terkecuali seorang komedian. Dulu bang Abdel pernah terjerat drugs juga
loh.. Sampai harus menjalani semua pengobatan dan rehabilitasi sejak
tahun 1996 sampai akhirnya benar-benar sembuh tahun 2003. Gagal ke
dokter Al Bahrie lanjut ke Dadang Hawari. Sempat satu tahun masuk Inabah
15 di ponpes Suryalaya, Tasikmalaya. Pulang dari pesantren Suryalaya
melanjutkan pengobatan di pesantren Darul Ikhsan Bogor.
Meski sering dibilang gen-gen lucu itu menurun dari Mami, tapi
sesungguhnya Papi juga tidak kalah kocak. Satu-satunya pertanyaan yang
pernah ditanyain ke Papi adalah: “Pi, kalau nanti tiba saatnya, apa
permintaan terakhir Papi ke Abdel?”
“Kalau nanti Papi mati permintaan terakhir Papi ke lu dan harus lu
lakuin adalah Papi minta dikuburin karena Papi enggak bisa ngubur diri
sendiri…”. Kata-katanya dalem tapi lucu juga.
Diakhir-akhir hidupnya, Mami sering kali minta ditemani jalan-jalan.
Akhirnya, Mami diajak ke mal yang mewah sekalian, biar adem, sambil di
dorong kursi roda tentunya. Mami minta mampir masuk ke toko tas branded
yang mahal. Mami tanya berapa harganya tapi dilihat tidak ada banderol
harganya. Akhirnya tanya ke pramuniaga, kemudian kembali lagi ke Mami
untuk kasih tahu harganya. “Berapa?”, tanya Mami. “9,4 juta Mi”. Mami
bilang “Mahal banget, Deeeeelll”. “Kata penjaga tokonya tas ini mahal
karena terbuat dari kulit kerbau asli”. Terus mami ngomong, “Enggak
masuk akal, masa cuma karena dari kulit kebo aja harganya sampai segitu.
Kemarin gue beli kebo lengkap, daging sama kulit-kulitnya aja enggak
sampai segitu harganya!”. Jujur baca ini spontan saya ngakak, hihihi… :D
Giliran ceritanya bang Mongol. Siapa sangka gue yang ditakdirkan jadi
anak kecil berbadan kurus, sipit, wajah Manado enggak niat, Cina juga
setengah menitis dari engkong-engkongnya papa yang asli Mongolia justru
jadi modal gue berkarir.
Menjadi orang Manado bukan kemauan atau pesanan gue. Ada secercah
kebanggaan sekaligus keprihatinan mendapat berkah sebagai orang Manado.
Selain dikenal sebagai ras keturunan yang unggul dengan kulit bersih,
tulang besar plus bodi oke sampai wajah bersih sempurna. Sampai ada
salah satu pedagang di Pasar Senen yang penasaran dan tanya, “Orang
mana, Bang?”. “Manado asli. Butuh lihat KTP gue?”. “Ooh, biasanya orang
Manado itu ganteng, kulit putih dan hidung mancung. Lah, kau macam bodat
(monyet dalam bahasa Batak) begitu”, ujarnya dengan tampang lugu
trapesium khas Batak. Hihihi… kasian banget bang Mongol, itu sih nasib
muka aja bang, piss :D
Masih banyak cerita gokil tentang bang Mongol dengan ciri khasnya
“sebagai pakar KW”, itu yang selalu jadi bahan jokenya. Lucuuuu…
Sekarang lagi wabah soal KW bawa motor, tapi motornya matic, seperti
Scoopy. Badan kekar, Coy, ya Allah bawa motor lutut ketemu lutut. Ya
Allah, Cyiiin, enggak mungkin normal. Mana ada cowok naik motor lutut
ketemu lutut? Ya, kan? Berhenti lampu merah, kaki turun, “Panas,
Cyiiin”. (sambil kipas-kipas). Jarinya ngetril, Ya Allah. Kenapa jarinya
ngetril? Setelah gue selidiki , karena ternyata laki itu pengin kayak
patung Pancoran. Patung Pancoran boleh kaki, Cyiiin tapi jari
kelingkingnya naik daripada jari yang lain. Ya Allah.
Ampuuun.. bacanya bikin tertawa sendiri, senyum-senyum sendiri, gokil abis :D
Mungkin itu sebagian cerita lucu sekaligus sendu yang dalam buku yang
berjudul Abdel & Mongol : It’s Real, Man!. Banyak belajar kehidupan
dari dua orang komedian ini. Sepahit apa pun kehidupan kita pasti ada
yang membuat tersenyum dan tertawa. Dibawa bahagia saja meski tidak
seindah yang dibayangkan.
Seperti biasa saya ucapkan terima kasih pada penerbit edelweiss yang
sudah memberi buku ini secara cuma-cuma dari hasil kuis di twitter.
Senangnyaaa bisa membaca buku ini :D
Bandung, Januari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar